Beranda | Artikel
Stop Overthinking! Inilah Resep Bahagia dari Nabi – Syaikh Saad al-Khatslan #NasehatUlama
9 jam lalu

Kekhawatiran membuat seseorang gelisah dan menjauhkannya dari kebahagiaan. Bahkan dapat menjauhkan dirinya dari khusyuk dalam salat, dan menghalanginya dari kehadiran hati dalam ibadah-ibadah yang ia lakukan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memohon perlindungan kepada Allah dari kekhawatiran. Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Ash-Shahih, dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Ia berkata, “Aku biasa melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku sering mendengar beliau banyak berdoa:

ALLAAHUMMA INNII A-’UUDZUBIKA MINAL HAMMI WAL HAZAN WA MINAL ‘AJZI WAL KASAL WAMINAL JUBNI WAL BUKHL WA MIN GHOLABATID DAINI WA QOHRIR RIJAAL

‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekhawatiran dan kesedihan,dari kelemahan dan kemalasan, dari kepengecutan dan kebakhilan, dari lilitan utang dan kezaliman orang lain.’”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa meminta perlindungan dari kekhawatiran. Namun jika kekhawatiran datang tanpa dikehendaki, maka hal itu menjadi sebab penghapus dosa dari Allah Ta’ala. Sebagaimana yang disabdakan Nabi ‘alaihis shalatu wassalam:

“Tidaklah seorang Mukmin tertimpa rasa lelah, sakit, atau kekhawatiran, bahkan duri yang menusuknya pun, kecuali Allah menghapus dosa-dosanya karenanya.”

Jika ada kekhawatiran yang menimpa seseorang maka Allah Ta’ala akan menghapus dosa-dosanya, karena hal itu menyusahkan dan mengguncang jiwanya.

Namun, seorang Muslim harus menjauhi hal-hal yang memicu kekhawatiran dan senantiasa memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala darinya. Jadi ia harus menjauhkan diri dari sebab-sebab kekhawatiran.

Tidak perlu memikirkan, “Apa yang akan terjadi nanti? Apa yang akan terjadi esok hari?” dan menyibukkan pikirannya dengan itu. Cukup ia melakukan usaha yang terbaik, lalu menyerahkan urusannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

Sebagaimana telah kita bahas pada faedah sebelumnya, ia harus menyabarkan dirinya dan meningkatkan kesabarannya. Sambil berkata, “Aku bersabar atas segala takdir yang Allah tetapkan.”

Ini adalah beberapa hal yang dapat menghilangkan rasa khawatir. Demikian juga memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari rasa khawatir. Juga membaca doa yang dahulu sering dibaca oleh Nabi ‘alaihis shalatu wassalam ini:

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekhawatiran dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari kepengecutan dan kebakhilan, dari lilitan utang, dan dari kezaliman orang lain.”

Demikian pula kesedihan, seseorang hendaknya menjauhinya. Perbedaan antara kekhawatiran dan kesedihan adalah: kekhawatiran berkaitan dengan masa depan, sedangkan kesedihan berkaitan dengan masa lalu. Itulah sebabnya, kata “kesedihan” dalam Al-Qur’an hanya muncul dalam bentuk larangan atau penafian. Allah Ta’ala sama sekali tidak pernah memerintahkan untuk bersedih.

“Janganlah bersedih atas mereka.” (QS. An-Nahl: 127)

“Janganlah kalian lemah dan bersedih.” (QS. Ali Imran: 139).

“Tidak ada ketakutan dan kesedihan atas mereka.” (QS. Yunus: 62).

Maka kata (حزن) tidak disebutkan dalam Al-Qur’an kecuali dalam bentuk larangan atau penafian, karena memang tidak ada manfaatnya. Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya menjauhi segala sesuatu yang tidak bermanfaat dan sebab-sebab yang menyertainya. Ia harus membiasakan diri untuk menghindari kekhawatiran dan kesedihan, serta menyabarkan diri dan terus meningkatkan kesabaran. Barang siapa menyabarkan diri, Allah ‘Azza wa Jalla akan menjadikannya sabar. Serta setiap hari memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari kekhawatiran dan kesedihan.

===

الْهَمُّ مُقْلِقٌ لِلْإِنْسَانِ وَيَجْعَلُ الْإِنْسَانَ بَعِيدًا عَنِ السَّعَادَةِ بَلْ يَجْعَلُهُ بَعِيدًا عَنِ الْخُشُوعِ فِي الصَّلَاةِ وَعَنْ حُضُورِ الْقَلْبِ فِي الْعِبَادَاتِ الَّتِي يُؤَدِّيْهَا

وَالْهَمُّ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَعِيذُ بِاللَّهِ مِنْهُ كَمَا جَاءَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ أَخْدِمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنْتُ أَسْمَعُهُ يُكْثِرُ مِنْ أَنْ يَقُولَ

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَمِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَمِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَمِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

فَكَانَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يَسْتَعِيذُ بِاللَّهِ مِنَ الْهَمِّ وَلَكِنْ إِذَا أَتَى الْهَمُّ رَغْمًا عَنِ الْإِنْسَانِ فَإِنَّهُ مِمَّا يُكَفِّرُ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ كَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ عَنْهُ بِهَا مِنْ سَيِّئَاتِهِ

فَإِذَا وَقَعَ لِلْإِنْسَانِ الْهَمُّ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُكَفِّرُ عَنْهُ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ لِأَنَّهُ أَمْرٌ مُقْلِقٌ وَمُزْعِجٌ لِلنَّفْسِ

لَكِنْ عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يَبْتَعِدَ عَنْ أَسْبَابِ الْهُمُومِ وَأَنْ يَسْتَعِيذَ بِاللَّهِ تَعَالَى مِنَ الْهُمُومِ أَيْضًا فَيَبْتَعِدُ عَنْ أَسْبَابِ الْهُمُومِ

يَعْنِي لَا دَاعِيَ إِلَى أَنْ يُفَكِّرَ مَا الَّذِي سَيَكُونُ فِي الْمُسْتَقْبَلِ؟ مَا الَّذِي سَيَكُونُ غَدًا؟ وَيُشْغِلُ بَالَهُ بِذَلِكَ إِنَّمَا يَفْعَلُ الْأَسْبَابَ وَيُفَوِّضُ الْأَمْرَ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

وَكَمَا مَرَّ مَعَنَا فِي فَائِدَةٍ سَابِقَةٍ يُصَبِّرُ نَفْسَهُ يَرْفَعُ مُسْتَوَى الصَّبْرِ عِنْدَهُ وَيَقُولُ أَصْبِرُ لِمَا يُقَدِّرُهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ الْأَقْدَارِ

فَهَذَا مِمَّا يُزِيلُ الْهُمُومَ كَذَلِكَ أَيْضًا يَسْتَعِيذُ بِاللَّهِ تَعَالَى مِنَ الْهَمِّ وَيَأْتِي بِهَذَا الدُّعَاءِ الَّذِي كَانَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ يُكْثِرُ مِنْهُ

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَمِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَمِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَمِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

وَهَكَذَا أَيْضًا الْحَزَنُ يَنْبَغِي أَنْ يَبْتَعِدَ الْإِنْسَانُ عَنْهُ وَالْفَرْقُ بَيْنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ أَنَّ الْهَمَّ يَكُوْنُ فِيمَا يُسْتَقْبَلُ وَالْحَزَنُ يَكُونُ عَمَّا مَضَى وَلِذَلِكَ لَمْ يَرِدْ الحَزَنُ فِي الْقُرْآنِ إِلَّا مَنْهِيًّا عَنْهُ أَوْ مَنْفِيًّا وَلَمْ يُؤْمِرِ اللَّهُ تَعَالَى بِالْحُزْنِ أَبَدًا

وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا

لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

فَهَذِهِ الْمَادَّةُ مَادَّةُ الْحَزَنِ لَمْ تَرِدْ فِي الْقُرْآنِ إِلَّا عَلَى سَبِيْلِ النَّفْيِ أَوْ النَّهْيِ لِأَنَّهُ لَا فَائِدَةَ مِنْهُ لِهَذَا مَا كَانَ لَيْسَ فِيهِ فَائِدَةٌ يَنْبَغِي لِلْمُسْلِمِ أَنْ يَبْتَعِدَ عَنْهُ وَأَنْ يَبْتَعِدَ عَنْ أَسْبَابِهِ فَعَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ يُوَطِّنَ نَفْسَهُ عَلَى اجْتِنَابِ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَنْ يُصَبِّرَ نَفْسَهُ وَيَرْفَعَ مُسْتَوَى الصَّبْرِ عِنْدَهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَأَنْ يَسْتَعِيذَ بِاللَّهِ تَعَالَى كُلَّ يَوْمٍ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ


Artikel asli: https://nasehat.net/stop-overthinking-inilah-resep-bahagia-dari-nabi-syaikh-saad-al-khatslan-nasehatulama/